Tuesday, October 7, 2014

Back to Work

It's early morning of October 8th 2014. 01:44 AM exactly.

What am just doing is trying to finish up two things, one for personal matter and the other for work.
I missed doing something or lets say writing up in this time, because i realized that i was a night person who being more productive up 11 PM. But, thanks to the work routine which giving back my biological clocks into normal again. Because of my energy already exhausted in the morning till evening, there's no reason for me to wake up in the night to catch up the deadline. The working hours have to be enough for me.

So, what are you doing now? - Somebody should shout out this question.

Well, actually i had an extended weekend after Idul Adha. My workplace just set up the policy about holiday at hari tasyrik which is cool for me. And I'm very grateful at this policy, not because of i have more the day-offs, but it allowed me to manage some preparations. Yes, i've been very excited doing the preparation since the very serious and sacred thing is gonna happen (Insya Allah). Sooo, as the consequence, i have to dedicate a little night to finish up my work, since tomorrow i have to go back to work.

Alhamdulillaah, I've done it already. Gotta go to bed because i have to catch the train by 6 AM.
Yes, since i moved to a new company (or in my case, it is actually a private school), i have to leave home thaaaat early everyday, which is good for me.

By the way, i decided to start over the #100happydays project on my tumblr. Hope i can be consistent to complete the challenge. Yosh!


Good night! May Allah blesses us with a good sleep and healthy body.

Sawitri Wening

Monday, July 14, 2014

14th of July, 2014

It's been a while. I took a moment to sharpen up my senses. Hearing sounds of a train that i rode. Smelling sweet fragrance of an old white lady at my left side. Capturing with my eyes those worried, happy, sleepy faces and many other expressions of the passangers. Swallow my bitter saliva into the dry throat. Tapping down my thumbs on the quite-wide-phone-screen.

I've missed a thing in my life. 

The feeling when the words coming out of the head. I just want to write again with my own way.

On the train to Tebet,

Monday, July 14th 2014

*
Hidup terasa amat berbeda, entah sejak kapan. Saya baru menyadari bahwa saya tengah memutar haluan kapal ini agak jauh dari semula. Ketika pemandangan yang ada di sekitar saya seolah berubah tiba-tiba. Saya rasa saya sedang melalui jalan lain, ke tujuan yang sama. Semoga saja masih tujuan yang sama.
Saya berpindah dari pekerjaan lama ke pekerjaan baru yang sedikit banyak mengubah hidup saya. Sedikit banyak mengubah pandangan-pandangan saya akan sesuatu. Saya mencoba hal baru yang pernah sedikit saya intip di masa kuliah dulu. Seperti bayi yang baru bisa berjalan. Sama saja, saya masih tertatih. Meskipun entah sudah berapa kali keluhan itu muncul, saya yakin ada yang bisa dipelajari. Pasti ada.

Kesuksesan dan kenyamanan bukan sesuatu yang didapatkan secara instan. Begitu kata mereka. Saya tersenyum kecil. Menyadari kalau definisi sukses di kepala saya kini telah berubah, jauh berubah. Tidak ada yang salah. Saya hanya sedang dibuat takjub. Hati ini terbolak-balik, terombang-ambing bagai sepotong gabus di tengah lautan ganas. Kita bisa saja berencana, tapi Tuhan yang menentukan. Kejenuhan dan kejutan adalah suatu keniscayaan. Maka, bagaimana pun kerasnya kita berusaha mewujudkan rencana-rencana perjalanan kita. Sungguh, sungguh sebuah kapal tak akan bisa sampai pada dermaga tanpa izin-Nya.
Saya belum pernah merasakan ini sebelumnya. Ketika harapan tidak lagi sekadar batu loncatan setinggi manusia atau setinggi gunung tertinggi di muka bumi ini sekalipun. Cukup jauhkah saya mengambil ancang-ancang? Saat itu angin laut berembus, menggoyang air yang tenang dan membuat kapal yang gagah berlayar itu terombang-ambing. Sambil meyakini, saya mundur selangkah demi selangkah...

Hidup ini terasa begitu berbeda. Ketika bulan-bulan berganti tanpa ada rasa sepi. Setidaknya, tidak sesepi sebelumnya. "Adakah sepi berhijrah dari satu hati ke hati lainnya?" Pikir saya, sesekali. Namun, tanpa ada sepi, tanpa ada sunyi, suara tak akan berarti.

Ah, iya hidup ini begitu terasa berbeda akhir-akhir ini. Tapi, itu yang membuat saya sadar kalau saya hidup dan terkadang, ingin bisa terus hidup. Diizinkan hidup lebih lama lagi. Mungkin sampai rambut ini memutih. Saya ingin bersandar di pundak manusia berambut putih lainnya, dengan rasa aman hingga tak ragu untuk lelap tertidur di sana.

Sambil mengarungi lautan luas, saya memasang layar kapal. Dermaga yang sama masih menunggu di sana. Semoga sampai dengan selamat.

Tuesday, April 22, 2014

Suatu Hari

Aku ingin duduk
dihadapanmu, sambil menunduk
memandangi barisan kata-kata yang terus bertambah
sambil kau memandangiku sesekali
sambil aku memandangimu sesekali
yang keduanya ditutup dengan senyuman

Lantai kayu berlapis parket
Dinding bata bercat putih
Gantungan mungil warna-warni
Suara detak jam dinding
dan derap langkah kaki kecil

Aku ingin duduk di hadapanmu
sambil tersenyum
hingga senja kita tiba.

Matraman, 23 April 2014
Sawitri Wening

Monday, March 31, 2014

Kesetiaan Istri Nabi Ayyub As.

"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, 'sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.'" (QS. Sâd, 38: 41)

Iblis menguji Ayyub secara bertubi-tubi. Hartanya yang banyak berupa tanah binatang, budak habis. Anaknya meninggal. Ayyub pun sakit parah. Orang-orang mengusirnya dari kampung halamannya. Tidak ada yang menemaninya, kecuali istrinya yang bernama Lia binti Ya'kub.

(Ibn Jarir At-Tabari, Tarikh At-Tabari: 109)